Archive for April 24th, 2011

April 24, 2011

Dan… dia pun tersenyum…

Langkahnya ngebut untuk masuk ke Gereja. Bukan karena dia anak suci yang ingin cepat-cepat mengikuti perayaan Malam Paskah. Cuaca dingin yang mendorong langkahnya untuk buru-buru masuk ke Gereja. 10 menit sebelum misa, dia sudah duduk di bangku yang biasa ia tempati.

Gereja malam ini temaram dan sepi. Tidak biasanya. Misa malam paskah biasanya dijejali banyak umat, tapi kali ini, hanya terdapat kurang dari 100 orang hadir dalam salah satu perayaan besar umat Katolik itu. Pikirannya tidak bisa melangkah jauh untuk berspekulasi apa yang membuat Gereja begitu sepi karena misa akan segera dimulai. Bapak Pastur mengawali misa dengan penyalaan lilin paskah.

Lilin yang menandakan awal dan akhir. Akhir dari pertobatan, awal dari hidup yang baru. Ketika lilin besar itu dinyalakan, lilin yang umat pegang pun dinyalakan. Kemudian, bapak pastur dan rombongannya berjalan menuju ke altar.

Misa malam paskah selalu dijejali dengan banyak bacaan. Dia menghitung-hitung, kira-kira ada 9 bacaan termasuk 1 epistela, dan bacaan injil. Pikirannya mulai tak terfokus ketika pembacaan ketiga. Tak terasa dia menguap 3 kali.Lagu-lagu antar bacaanlah yang menjadi hiburannya.

Lalu tiba waktunya menyanyikan “Alleluia”. Injil pun dibacakan, dan Pastor pun memberikan homili. Kali ini dia sudah menguap 5 kali. Seperti biasa, pikirannya sudah tidak berada di Gereja, namun… kata-kata itu memanggil pikirannya kembali.

Easter is about a new beginning…” mendengar itu, hatinya dipenuhi kelegaan. Selama masa pra-paskah, dia juga ikut sengsara. Pikirannya resah terus, hatinya sedih, dan dia dipenuhi rasa takut. Hanya mendengar kalimat itu, dia merasa semuanya akan berakhir. Semuanya telah lewat. Seperti bebannya terangkat, dia tersenyum. Masih menguap karena jarum jam sudah menunjukkan setengah 10 malam. Tapi, dia tersenyum.

Misa kemudian dilanjutkan. Lagu Gloria kembali dinyanyikan dengan megah. Lampu pun dinyalakan perlahan-lahan seirama dengan alunan lagu. Gereja kembali terang. Wajahnya pun sumringah. Hatinya berseru penuh syukur. Malam paskah itu mengingatkannya saat pertama kali dia merayakan paskah sendirian. Syahdu dan menggetarkan hati.
Dia membisikkan doa syukur sepanjang misa, hingga misa berakhir.

Senyumnya tak hilang… walaupun pulang nanti, dia tahu bahwa… hatinya bisa terluka lagi, senyumnya bisa lenyap lagi, ketakutannya akan datang lagi, tapi… dia juga tahu bahwa dia sudah dibekali satu hal…

Pengampunan….

dan itu menjawab semuanya…

Selamat Paskah…

CVB