Senior Syndrome

Setelah depresi, makan, tidur, mengkhayal, marah-marah, bertapa, meditasi, terapi bicara, konsultasi, curhat, meraung-raung, akhirnya saya merasakan semburat motivasi dan inspirasi untuk memelototi tugas akhir saya yang keramat itu. Paper…

Sebenarnya tidak sulit.

Sebenarnya saya punya banyak waktu (past tense).

Sebenarnya saya tidak perlu bersusah-susah begini, setres begini, jika dari awal… saya “berteman” dengan paper ini. Sayangnya, Saya sudah konfrontasi duluan sejak awal.

Ini namanya Senior Syndrome.

Definisi: Menunjukkan sikap malas-malasan dalam mengerjakan tugas, pikiran melakukan travel ke dunia antah berantah, napsu makan meningkat, dan sering suka tidur.

Dengan kata lain: Stress.

Takut menghadapi ketidak pastian di depan nanti.

Diagnosa: Senior Syndrome.

Sambil menarik napas panjang saya menulis observasi saya ini. Kebanyakan senior pada happy dan tidak sabar menunggu kelulusan mereka. Bagi mereka Graduation itu sama dengan Freedom. Namun bagi saya… kelulusan itu berarti… ketidak pastian, atau mungkin karena memang visi saya mengenai masa depan saya masih buram. Masih jauh rasanya. Saya melihat kata “masa depan” seperti penglihatan tanpa menggunakan kaca mata, ada keliatan namun buram.

Yang pasti, saya sudah cukup senang semangat saya sembuh.

Terima kasih kopi yang memberikan asupan caffeine yang cukup untuk membuat saya “segar”, terima kasih tante Gunte yang telah meneraktir saya dan mendengarkan uneg-uneg saya. Terima kasih papo untuk menjadi teman curhat. Terima kasih teman-teman yang memberikan saya semangat baik secara verbal maupun tidak…

Mudah-mudahan,

saya bisa menemukan kacamata saya dan bisa melihat masa depan saya secara jelas….

PS: hari ini saya bener2 fokus ngerjain paper… 6 jam ngedate di walter library…